Senin, 14 April 2014

100 fakta seputar biologi



1.      Sekitar 14% pecandu yang menggunakan jarum suntik, positif HIV.
2.      Kalimat yang bisa dibaca sama dari depan dan belakang (racecar, kayak, tamat) disebut “palindrome” .
3.      Siput bisa tidur selama 3 tahun
4.      Diatas khatulistiwa melintas sekitar 200 satelit asing, termasuk satelit mata-mata
5.      Orang di Cina lebih banyak yang berbahasa Inggris dari pada orang di Amerika
6.      Karena pengaruh rotasi bumi, kalau kita melempar kearah barat, lemparan kita akan lebih jauh jatuhnya dari pada kearah timur
7.      Satu dari 9000 orang menderita albino
8.      Kursi listrik ditemukan oleh seorang dokter gigi
9.      Kita berulang tahun bersama 9 juta orang dari seluruh dunia
10.  Setiap manusia dalam hidupnya rata-rata habis untuk menunggu dilampu merah selama 2 minggu
11.  Botol aqua dan tempat makan plastik baru bisa terurai dengan sempurna dalam tanah setelah 50.000 tahun
12.  Kucing bisa membuat lebih dari 100 bunyi vokal, anjing hanya bisa sekitar 10
13.  Gigi berang-berang tak pernah berhenti tumbuh
14.  Kelelawar adalah satu-satunya mamalia yang bisa terbang
15.  Jika boneka Barbie adalah manusia, ukurannya adalah 39-23-33 (99-58,5-84 cm). Tingginya sekitar 215 cm dan punya leher 2kali lebih panjang daripada manusia normal
16.  Tikus beranakpinak sangat cepat dan dalam waktu 18 bulan, dua tikus dapat memiliki lebih dari 1 juta keturunan.
17.  Memakai Headphone selama 1 jam dapat mengembangbiakan bakteri dalam kuping 700 kali lebih cepat.
18.  Seekor Babon bernama ‘Jackie’ menjadi prajurit resmi dalam angkatan bersenjata Afrika Selatan pada Perang Dunia I
19.  Bibliophile adalah sebutan untuk kolektor buku-buku langka. Bibliopole adalah penjual buku-buku langka
20.  Jantung ikan paus biru berdenyut 9 kali dalam semenit
21.  Arabic numerals bukan berasal dari Arab, tapi diciptakan di India.
22.  Kupu-kupu melihat dengan 12000 mata.
23.  Bulan February tahun 1865 adalah satu-satunya bulan dalam catatan sejarah yang tidak sempat mengalami bulan purnama.
24.  Ayam yang sudah terpenggal lehernya masih mampu lari sepanjang lapangan bola sebelum benar-benar mati.
25.  Kecoak bisa hidup 9 hari tanpa kepala, dan akan mati karena kelaparan.
26.  Di Bumi, satu tahun adalah 365 hari. Di planet Merkurius satu tahun adalah 2 hari
27.  Umur dari capung adalah 24 jam.
28.  Pada Usia 3 bulan janin manusia mulai terbentuk sidik jari.
29.  Butuh waktu 6 bulan untuk kuku kaki tumbuh dari bawah paling bawah sampai ujung kuku.
30.  Daya ingat ikan hanya 3 detik
31.  Bulan purnama 9 kali tebih terang daripada bulan setengah.
32.  Untuk setiap patung memorial orang diatas kuda, jika 2 kaki depan kuda mengangkat, maka orang tersebut tewas dalam pertempuran, jika satu kaki kuda yang terangkat, maka orang tersebut meninggal karena luka dalam pertempuran, jika 4 kakinya menginjak tanah, orang tersebut meninggal secara normal.
33.  Beruang dewasa dapat lari secepat kuda
34.  Tulang kuda lebih banyak 18 buah dari tulang manusia.
35.  Ubur-ubur terdiri dari 95% air
36.  Kulit Zebra adalah putih yang bergaris hitam
37.  Kecuali manusia dan monyet, semua mamalia buta warna
38.  Biji apel mengandung sianida
39.  Tikus dan kuda tidak bisa muntah
40.  Penguin adalah burung yang tidak bisa terbang tapi bisa berenang.
41.  Astronot dilarang mengkonsumsi kacang sebelum menjelajah ruang angkasa karena jika buang angin dalam baju khusus astronot dapat membahayakan mereka.
42.  Winston Churchill lahir di toilet wanita saat acara dansa
43.  Sebelum ada pesawat jet, Jetlag disebut Boatlag
44.  Kucing berkeringat melalui telapak kakinya (terutama saat mendengar gonggongan anjing)
45.  Kucing tidak bisa merasakan rasa manis
46.  Coklat meleleh dalam mulut karena titik lelehnya adalah 35 derajat celcius
47.  Dalam perang dahulu, orang yang buta warna dibutuhkan dalam tim pendeteksi kamuflase di militer
48.  Sapi tidak punya gigi atas
49.  Hedenophobic berarti takut akan kesenangan.
50.  Pendeta Mesir kuno mencabuti setiap helai rambut dan bulu dari badan mereka.
51.  Buaya tidak bisa menjulurkan lidah.
52.  Kentut sapi termasuk penyebab utama global warming
53.  Semut selalu jatuh miring ke kanan jika diberi racun serangga
54.  Kucing rumah benci bau lemon dan semua yang berbau sitrus
55.  Donal Bebek dilarang beredar di Finlandia karena Donal tidak pakai celana
56.  Nama asli Donal bebek adalah Donald Flauntleroy Duck
57.  Indra perasa kupu-kupu ada dikakinya
58.  Dry Ice tidak meleleh, tapi menguap
59.  Mata burung unta lebih besar dari otaknya
60.  Bintang laut tidak memiliki otak
61.  Tiap manusia memiliki telinga yang berbeda
62.   Telur segar tenggelam diair, telur yang kadaluarsa akan mengambang
63.  80% dari seluruh binatang di dunia adalah serangga
64.  Kacang adalah salah satu bahan untuk membuat dinamit
65.  Ratu Elizabeth I menderita Anthophobia (takut akan mawar)
66.  RSVP adalah Respondez s’il Vous Plait (bahasa Prancis) yang artinya ‘mohon jawaban’
67.  Mata manusia yang sehat (tidak buta warna) dapat menbedakan 500 jenis warna abu-abu.
68.  Ikan mas yang bunting disebut ‘twit’.
69.  Eropa adalah benua tanpa padang pasir
70.  Lalat meloncat mundur saat akan terbang
71.  Seekor kucing memiliki 32 otot pada tiap telinganya
72.  Lebah madu dapat terbang dengan kecepatan 15 mil per jam
73.  Macan mempunyai kulit yang belang,bukan hanya bulu yang belang.
74.  “jiffy” adalah nama ilmiah dari 1/1000 detik.
75.  Hanya 3 malaikat, Gabriel, Michael dan Lucifer yang disebut dalam injil
76.  Kambing mempunya pupil mata segi empat
77.  Novel pertama yang menggunakan mesin ketik adalah Tom Sawyer
78.  Hamster sangat suka makan jangkrik
79.  Pematik ditemukan sebelum korek api
80.  Rata-rata dalam setiap batang permen coklat terdapat serangga yang meleleh bersamanya.
81.  Tanduk badak terbuat dari rambutnya yang mengeras
82.  Perang paling singkat dalam sejarah adalah perang Zanzibar and England tahun 1896. Zanzibar menyerah setelah 38 menit.
83.  Kutu rambut sebenarnya lebih suka hidup di kulit kepala yang bersih dari pada yang kotor
84.  Kulit beruang kutub sebenarnya hitam. Bulunya berwarna bening, dan tampak putih di salju.
85.  Elvis mempunyai saudara kembar bernama Garon, yang meninggal saat lahir, maka nama tengah Elvis adalah Aron, untuk menghormati saudaranya.
86.  Landak punya sidik jari yang mirip manusia.
87.  Kuda Nil kentut lewat mulut.
88.  Shakespeare yang menemukan kata “assassination” dan “bump.”
89.  Mahluk yang bisa tersipu-sipu hanya manusia
90.  Jika kita memelihara ikan mas dalam ruangan yang gelap, warnanya akan berubah putih.
91.   Wanita berkedip dua kali lebih banyak dari pria.
92.  Nama Jeep (jip) diampil dari singkatan “GP”, bahasa militer untuk General Purpose.
93.  Orang yang menggunakan tangan kanan, kira-kira, 9 tahun lebih panjang umur dari orang kidal
94.  Jika semua emas dalam laut ditambang, setiap manusia didunia bisa mendapat emas 20 kg.
95.  Jika lever manusia berhenti bekerja, manusia akan mati dalam 8 samapai 24 jam
96.  Seorang “quidnunc” adalah sebutan untuk orang yang selalu ingin tahu gosip terbaru.
97.  Jika matahari tiba-tiba padam, butuh 8 menit bagi manusia untuk menyadarinya.
98.  Leonardo Da Vinci yang menemukan gunting, helikopter, dan banyak alat lainnya.
99.  Dalam 4000 tahun, tidak ada jenis binatang peliharaan baru.
100.                      25% dari tulang manusia ada di kaki.

Kamis, 10 April 2014

POTENSI PENGEMBANGAN ALANG–ALANG (Imperata cylindrica L.) SEBAGAI BAHAN BAKU PULP UNTUK KERTAS



POTENSI PENGEMBANGAN ALANG–ALANG (Imperata cylindrica L.) SEBAGAI BAHAN BAKU PULP UNTUK KERTAS
Kumala Hidayatiningtyas
Abstrak— Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) merupakan tumbuhan rumput menahun yang dianggap sebagai gulma pada lahan pertanian yang jumlahnya cukup besar di Indonesia. Hingga saat ini pemanfaatan dalam jumlah yang besar belum dimaksimakal. Teknologi alternatif dalam pembuatan pulp kertas menggunakan metode organosolv, yaitu proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan kimia organik seperti: metanol, etanol, aseton, asam asetat, dll. Penggunaan proses organosolv diharapkan dapat meminimalisir permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh industri pulp dan kertas. Keuntungan proses organosolv yaitu rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah, tidak menggunakan unsur sulphur, sehingga lebih aman terhadap lingkungan, dapat menghasilkan hasil sampingan berupa lignin dan hemiselulosa dengan tingkat kemurnian tinggi. Kualitas kertas dari alang-alang memiliki serat selulosa panjang dengan dinding sel yang agak tebal, sehingga akan menghasilkan kertas yang memiliki kekuatan yang tinggi.
Kata kunci : Alang-alang, kertas, kualitas, organosolv.
PENDAHULUAN
Semakin meningkatnya populasi manusia, kebutuhan akan literatur yang baik dan perkembangan komunikasi serta industri, terutama di Negara-negara yang sedang berkembang menyebabkan semakin meningkatnya konsumsi akan produk kertas dan paper board dunia. Seiring dengan kebijakan revitalisasi industri kehutanan, ketersediaan kayu untuk memasok bahan baku industri pulp dan kertas menjadi kebutuhan yang mendesak. Peningkatan ini secara tidak langsung telah berdampak pula pada penurunan akan sumber daya hutan. Semakin berkurangnya sumber daya hutan pada beberapa tahun belakangan menyebabkan semakin meningkatnya produksi kertas yang menggunakan berbagai jenis tanaman non kayu, terutama di beberapa Negara berkembang. Hal ini menjadikan salah satu peluang alternatif dalam upaya mengatasi permasalahan ketimpangan antara supply dan demand bahan baku kayu pulp tersebut.
Kebutuhan akan kayu tetap tinggi untuk berbagai kebutuhan misalnya bahan bangunan, furnitur, kayu lapis, moulding, pulp dan kertas, sehingga perlu dilakukan penghematan pemakaian kayu untuk mengurangi kerusakan hutan. Salah satunya dengan mencari subtitusi bahan baku yang diperlukan dalam penggunaan kayu antara lain dalam industri pulp dan kertas. Jenis Bahan baku pulp yang dikehendaki sebagai bahan baku pulp dan kertas adalah yang sifat fisik maupun kimianya seseragam mungkin, serta dapat secara kontinyu tersedia dalam jumlah yang cukup. Di Indonesia bahan baku pulp ini didapat dari kayu (kayu daun lebar maupun kayu daun jarum), bambu, bagasse, alang-alang serta residu hasil pertanian dan perkebunan seperti merang, jerami, batang semu pisang (Anonim, 1995).
Kualitas kayu sebagai bahan baku pulp sebaiknya mempunyai sifat fisik dan kimia yang sesuai antara lain kandungan selulosa tinggi, kandungan lignin rendah dengan dimensi serat bagus dan berat jenis antara 0,3 - 0,8 (Mindawati, 2007).
Pada tahun 2005, produksi pulp untuk produk kertas dan paperboard dunia berkisar 187,6 juta ton, dimana 17,4 juta ton atau 9,27% berasal dari bahan non kayu (Bowyer et al.,2007). Sejumlah penelitian juga telah dilakukan untuk memperkenalkan sumber serat lignoselulosa yang baru sebagai sumber bahan baku pulp dan kertas (Jahan et al., 2007; Shatalov dan Pereira, 2006).
Indonesia merupakan negara yang memiliki daratan yang luas. Walaupun luas negara Indonesia mencapai 1.904.569 km, tidak seluruh dari luas wilayah tersebut dimanfaatkan dengan ditanami tanaman yang bermanfaat. Salah satu tumbuhan yang dirasa kurang bermanfaat adalah rumput alang-alang. Sampai saat ini pemanfaatan alang-alang masih sangat terbatas, meskipun alang-alang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp dan kertas sebagai alternatif atau subtitusi bahan baku kayu. Dengan memanfaatkan alang-alang sebagai bahan baku pulp dan kertas maka penggunaan kayu akan berkurang sehingga kerusakan hutan pun dapat ditekan. Selain itu alang-alang yang semula hanya dianggap sebagai gulma bisa memberikan nilai ekonomis yang tinggi jika diolah menjadi lembaran pulp atau kertas yang bermanfaat.
Description: https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTupl5pn_cg7bBTRnA_23FYzcrFJ6X4FJKg37kiL-cjRUZLxkO8sQ 
Gambar 1. Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv)
Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) merupakan tumbuhan rumput menahun yang tersebar hampir di seluruh belahan bumi dan dianggap sebagai gulma pada lahan pertanian. (Garrity)  di wilayah Asia Tenggara dapat dijumpai sekitar 35 juta ha, dan sekitar 8,5 juta ha tersebar di Indonesia. Sejauh ini, alang-alang dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan, bahan baku kertas, pupuk, selebihnya dipotong dan dibuang karena menghambat pertumbuhan tanaman utama. Dilihat dari kandungan kimianya, gulma tersebut mengandung α-selulosa 40,22%, holoselulosa 59,62%, hemiselulosa (pentosan) 18,40%, dan lignin 31,29% [2]. Kandungan selulosa yang lebih dari 40% ini berpotensi sebagai bahan baku untuk energi terbarukan, yaitu bioetanol.
GAMBARAN KHUSUS
Kondisi kekinian
Kertas merupakan benda yang sering kita temukan sehari-hari dalam berbagai kegiatan dalam kehidupan umat manusia. Bahan utama dalam proses pembuatan kertas adalah bubur kertas atau yang dikenal dengan istilah pulp. Pada umumnya pulp terbuat dari bahan baku kayu yang mengalami beberapa tahapan proses, sehingga pada akhirnya berubah menjadi bubur kertas dimana proses tersebut disebut pulping. Di Indonesia, kebutuhan akan pulp setiap tahunnya semakin tinggi. Biro Pusat Statistik mencatat impor pulp di Indonesia pada tahun 2004 sejumlah 543.345 ton dan mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 2005 (8.479.910 ton) dan pada tahun 2006 (22.069.216 ton) (Anonymous, 2006).
Data yang diperoleh dari pengukuran kandungan kimia alang-alang adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Kandungan kimia alang-alang
Kandungan kimia alang-alang
Persentase (%)
Kadar air
93,76
Ekstraktif
8,09
Lignin
31,29
Holoselulosa
59,62
Alfa seulosa
40,22
Pentosa/Hemiselulosa
18,40
Kadar air alang-alang relatif tinggi akan tetapi kadar air bukan merupakan faktor utama dalam penentuan kualitas bahan baku industri pulp dan kertas (Junidi dan Yunus, 2009). Kadar air di sini untuk memprediksi penggunaan bahan kimia untuk pulp dan kertas. Kadar ekstraktif yang tinggi akan berpengaruh kurang baik pada industri pulp dikarenakan akan menimbulkan pitch atau penumpulan alat-alat yang digunakan dan adanya bercak-bercak pada kertas (Sutopo, 2005). Dalam pengolahan pulp, lignin sangat berpengaruh terhadap warna pulp, menyukarkan penggilingan dan menghasilkan lembaran yang berkekuatan rendah (Siagian dkk., 2003).
Dalam industri pulp dan kertas, lignin adalah komponen yang harus dihilangkan agar sel-sel kayu dapat terurai (Junaidi dan Yunus, 2009). Kandungan lignin pada alang-alang termasuk kategori kelas sedang jika dibandingkan dengan kandungan kimia pada kayu jarum (Prawirohatmodjo,1997). Hal ini menunjukkan bahwa alang-alang akan memerlukan bahan kimia pemasak yang sedang dalam industri pulp dan kertas. Kandungan lignin yang tinggi akan menghasilkan mutu/kualitas pulp dan kertas yang kurang baik. Karena lignin yang tinggi akan mempertinggi pemakaian bahan kimia sehingga tidak efisien dan memberikan sifat kaku pada produk pulp.
Pada pembuatan pulp dan kertas diperlukan kadar holoselulosa yang tinggi, karena akan memberikan kekuatan yang baik. Kadar holoselulosa alang-alang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kayu dengan kisaran 60-80%. Akan tetapi jika dilihat, alang-alang merupakan bahan bukan kayu sehingga wajar jika nilai kandungan holoselulosa dibawah kandungan holoselulosa kayu tetapi tidak jauh sehingga masih memungkinkan untuk digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas. Kandungan selulosa dalam kayu dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya rendemen pulp yang dihasilkan dalam proses pulping, dimana semakin besar kadar selulosa dalam kayu maka semakin besar pula rendemen pulp yang dihasilkan (Casey, 1980).
Dimensi serat dan nilai
Data dimensi serat alang-alang termasuk serat panjang yaitu lebih dari mm yang akan memberikan pengaruh yang baik pada daya tenunnya.
Tabel 2. Dimensi serat
No
Panjang serat (mm)
Diameter serat (µm)
Diameter lumen (µm)
Tebal dinding sel (µm)
1
2,05
20
5
7,5
2
1,75
25
15
5
3
2,00
20
5
7,5
4
1,90
15
5
5
5
2,50
20
10
5
6
2,38
25
15
5
7
2,43
15
5
5
8
2,50
20
10
5
Total
17,51
160
70
45
Rerata
2,19
20
8,75
5,625
Nilai turunan dimensi serat diperoleh berdasar dimensi seratnya dan diperoleh nilai turunan dimensi serat yang ditampilkan pada Tabel.
Tabel 3. Nilai turunan dimensi serat
Sampel alang-alang
Bilangan runkel
Bilangan mulstep (%)
Daya tenun
Nilai fleksibilitas
Koefisien kekakuan
1,29
42,24
109,37
0,44
0,28
Tabel 4. Persyaratan dan nilai serat kayu sebagai bahan baku pulp dan kertas (Vademenkum Kehutanan)

Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Syarat
Nilai
Syarat
Nilai
Syarat
Nilai
Syarat
Nilai
Panjang
2,2
100
1,6-2,2
75
0,9-1,6
50
<0,9
25
Serat (mm)
<0,25
100
0,25-0,5
75
0,5-1
50
>1,00
25
Bil. Runkel
<30
100
30-60
75
60-80
50
>80
25
Bil.mulstep (%)
>90
100
70-90
75
40-70
50
<40
25
Daya tenun
>0,80
100
0,6-0,8
75
0,4-0,6
50
<0,40
25
Fleksibilitas kekakuan
<0,1
100
0,1-0,15
75
0,15-0,2
50
>0,20
25
Jumlah

600

450

300

150
Syarat nilai
461-600
301-450
151-300
150
Metode
Salah satu teknologi alternatif dalam pembuatan pulp kertas adalah proses organosolv, yaitu proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan kimia organik seperti: metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan lain-lain. Tanaman alang-alang yang tidak diharapkan masyarakat dapat diolah dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan yaitu proses asetosolv, yang merupakan salah satu proses organosolv, dengan bahan asam asetat untuk menjadi pulp kertas.
Proses asetosolv
Proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan kimia organik seperti misalnya: metanol, etanol, aseton, asam asetat,dan lain-lain dinamakan dengan proses organosolv. Proses ini telah terbukti memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan sangat efisien dalam pemanfaatan sumber daya hutan.
Dengan menggunakan proses organosolv diharapkan permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh industri pulp dan kertas akan dapat diatasi. Proses organosolv memberikan beberapa keuntungan, yaitu rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah, tidak menggunakan unsur sulphur, sehingga lebih aman terhadap lingkungan, dapat menghasilkan hasil sampingan berupa lignin dan hemiselulosa dengan tingkat kemurnian tinggi. Secara ekonomis dapat mengurangi biaya produksi, dan dapat dioperasikan secara ekonomis pada kapasitas terpasang yang relatif kecil yaitu sekitar 200 ton pulp per hari.
Kekuatan tarik pulp asetosolv setara dengan  kekuatan tarik pulp kraft, yang memiliki beberapa keunggulan, antara lain: bebas senyawa sulfur, daur ulang limbah dapat dilakukan hanya dengan metode penguapan dengan tingkat kemurnian yang cukup tinggi, yaitu dengan distilasi saja daur ulang pemakaian asam asetat sebagai bahan pemasaknya, dan nilai hasil daur ulangnya jauh lebih mahal dibanding hasil daur ulang limbah kraft.
Metode penelitian 
Langkah pertama penilitian yaitu melakukan pembuatan pulp dari alang-alang dengan menggunakan proses acetosolv, mula-mula bahan baku alang-alang dipotong-potong sekitar 1 cm sebanyak 10 gram. Lalu alang-alang dikeringkan dan dimasak dengan menggunakan larutan pemasak yaitu Asam asetat dengan perbandingan 10:1 sebanyak 100 ml untuk 10 gram dengan variasi konsentrasi serta suhu yang berbeda. Pulp dari alang-alang kemudian dimasak dengan waktu yang berbeda dan terhadap hasil hidrolisis kemudian dilakukan uji KAS untuk menentukan kadar alfa selulosa dan uji bilangan Kappa. Pulp yang telah dimasak kemudian diuji karakteristiknya dan dibandingkan dengan pulp komersial yang biasa dipakai oleh pabrik kertas pada umumnya. Produk yang dihasilkan berupa pulp alang-alang yang dipisahkan terlebih dahulu dari larutan pemasaknya, lalu dimasukkan kedalam oven sampai kering.
Rangkaian alat

Gambar 2. Rangkaian alat pemasak alang-alang
Faktor yang mempengaruhi proses pembuatan pulp
Proses pembuatan pulp dipengaruhi oleh kondisi proses antara lain:
·         Konsentrasi larutan pemasak
Dengan konsentrasi larutan pemasak yang makin besar, maka jumlah larutan pemasak yang bereaksi dengan lignin semakin banyak. Akan tetapi, pemakaian larutan pemasak yang berlebihan tidak terlalu baik karena akan menyebabkan selulosa terdegradasi. Asam asetat bisa digunakan sebagai larutan pemasak sampai dengan konsentrasi 100%.
·         Suhu
Dengan meningkatnya suhu, maka akan meningkatkan laju delignifikasi (penghilangan lignin). Namun, Jika suhu di atas 160˚C menyebabkan terjadinya degradasi selulosa.
·         Waktu pemasakan
Dengan semakin lamanya waktu pemasakan akan menyebabkan reaksi hidrolisis lignin makin meningkat. Namun, waktu pemasakan yang terlalu lama akan menyebabkan selulosa terhidrolisis, sehingga hal ini akan menurunkan kualitas pulp. Waktu pemasakan yang dilakukan sebelum 1 jam pulp belum terbentuk. Untuk waktu pemasakan diatas 5 jam selulosa akan terdegradasi.
·         Ukuran bahan baku
Ukuran bahan baku yang berbeda menyebabkan luas kontak antar bahan baku dengan larutan pemasak berbeda. Semakin kecil ukuran bahan baku akan menyebabkan luas kontak antara bahan baku dengan larutan pemasak semakin luas, sehingga reaksi lebih baik.
·         Kecepatan pengadukan
Pengadukan berfungsi untuk memperbesar tumbukan antara zat-zat yang bereaksi sehingga reaksi dapat berlangsung dengan baik.
Upaya promosi
Kualitas kertas dari serat alang-alang memungkinkan untuk digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas dilihat dari kandungan selulosanya akan tetapi memerlukan perlakuan-perlakuan khusus terutama dikarenakan kandungan lignin dan ekstraktif yang tinggi. Serat selulosa merupakan serat panjang dengan dinding sel yang agak tebal sehingga akan menghasilkan kertas yang memiliki kekuatan yang tinggi. Nilai turunan dimensi serat menunjukkan alang-alang tergolong pada kualitas 2 yang sesuai digunakan untuk kertas seni dan pengemas misalnya untuk dibuat kertas karton.
Perbandingan Antara Pulp Dari Alang-alang, Ampas Tebu dan Eceng Gondok Dengan Pulp Yang Dipersyaratkan OlehPabrik Kertas
Pada penelitian dari bacaan yang relevan, asam asetat dengan konsentrasi 90% dan pada suhu pemasakan 100°C selama 60 menit, memberikan pulp dengan kadar alfa selulosa sebesar 84,6% dan lignin sebesar 23,6628. Jika dibandingkan dengan pulp yang dipersyaratkan oleh pabrik kertas yang mengandung kadar alfa selulosa sebesar 86% dan lignin 19,2041. kadar alfa selulosa pulp dari alang-alang tersebut masih lebih rendah, sedangkan untuk lignin masih lebih tinggi. Lebih tingginya kadar alfa selulosa dan lebih rendahnya lignin yang didapat untuk pulp yang dipersyaratkan oleh pabrik kertas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pemilihan jenis bahan baku dan jenis proses pemasakan yang digunakan. Umumnya pabrik menggunakan bahan baku berjenis hardwood yang mengandung kadar alfa selulosa dan lignin yang lebih besar dari nonwood, tetapi jenis proses pemasakan pada pabrik yang umumnya memakai proses kraft memberikan kadar alfa selulosa dan degradasi lignin yang lebih baik.
Berdasarkan studi literatur yang didapat untuk proses pemasakan menggunakan proses asetosolv diketahui kadar alfa selulosa, lignin dan yield pulp yang didapat untuk bahan baku alang-alang, ampas tebu dan eceng gondok sebagaimana disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan kadar alfa selulosa, lignin dan yield untuk tiap jenis bahan baku hasil dari proses asotosolv

Alang-alang
Ampas tebu
Enceng gondok
Kadar alfa selulosa
84,6%
83,93%
75,2%
Lignin
23,6628%
39,13%
8,71%
Yield pulp
62,8%
64,79%
-
Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa kadar alfa selulosa dari alang-alang memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan jenis bahan baku yang lain, dengan kadar alfa selulosa yang semakin tinggi mengakibatkan daya tarik kertas semakin kuat dan daya hapus juga semakin baik sehingga kualitas dari kertas yang dihasilkan oleh pulp berbahan baku alang-alang lebih baik  jika dibandingkan dengan pulp dari ampas tebu dan eceng gondok. Akan tetapi pulp dari alang-alang memiliki intensitas kecerahan kertas yang lebih jelek jika dibandingkan dengan pulp dari eceng gondok, karena banyak lignin yang terkandung dalam pulp menyebabkan kertas yang dihasilkan menjadi lebih gelap. Jika ditinjau dari jumlah produk pulp yangdihasilkan, pemasakan dengan menggunakan bahan baku ampas tebu, memiliki yield pulp yang lebih tinggi dari yield pulp alang-alang, sehingga yield pulp yang dihasilkan menjadi lebih tinggi.
Upaya preventif
Rehabilitasi padang alang-alang sangat rentan terhadap bahaya kebakaran, karena alang-alang kering merupakan sumber bahan bakar yang potensial. Karena itu pernyataan yang berbunyi : Kebakaran “menyebabkan” alang-alang, Alang-alang “membawa” api menggambarkan begitu dekatnya hubungan antara api/kebakaran dengan alang-alang. Kegagalan rehabilitasi padang alang-alang umumnya disebabkan oleh kebakaran alang-alang dan menghanguskan tanaman rehabilitasi.
Teknik pengendalian alang-alang
Karakteristik alang-alang dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan pengendalian. Secara ringkas karakteristik alang-alang adalah : 1) mudah terbakar, 2) tumbuh dan berkembang dengan pesat pasca kebakaran, 3) membutuhkan intensitas sinar matahari yang tinggi (tidak tahan terhadap naungan), 4) mempunyai akar rimpang dalam tanah yang terlindung dari kebakaran dan akan segera tumbuh setelah kebakaran, 5) dapat tumbuh pada kisaran kondisi lingkungan yang lebar (wide range of biophysical condition), dari tempat yang subur sampai yang tandus dan dari tempat basah sampai yang kering, 6) Bijinya mudah tertiup angin dan jatuh di mana saja dan segera tumbuh sebagai alang-alang baru.
Berdasarkan sifat-sifat (karakteristik) alang-alang tersebut maka beberapa cara pengendalian alang-alang agar alang-alang bisa terus dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp untuk pembuatan kertas dan tanaman lain yaitu pohon dan semak pionir dapat ikut tumbuh bersamaan dengan alang-alang dalam area pertanian.
·                Mencegah kebakaran padang alang-alang
Apabila sering terjadi kebakaran, secara bertahap alang-alang menjadi lebih dominan menutupi lahan. Seringkali yang terjadi adalah monokultur alang-alang, namun kadang-kadang tercampur dengan semak atau rumput tahan api sehingga formasi tersebut dinamakan vegetasi klimaks api (fire climax) (Friday et al., 2000).
Gambar 3. Setelah kebakaran alang-alang segera tumbuh kembali
Bila padang alang-alang dapat terbebaskan dari kebakaran berikutnya, maka lama-kelamaan akan terjadi suksesi hutan pada lahan tersebut. Tunas-tunas pohon dan semak pionir akan tumbuh dari biji kemudian akan menaungi alang-alang se-hingga alang-alang akan tertekan. Ketika pertumbuhan alang-alang tertekan maka jenis-jenis tumbuhan lainnya akan lebih mudah tumbuh.
Alang-alang dapat menjadi penutup permukaan tanah yang cukup baik. Pada kondisi yang tidak ekstrim, alang-alang dapat menghambat aliran permukaan sehingga tidak menimbulkan erosi, misalnya pada kondisi lahan yang datar dan curah hujan yang rendah. Namun pada kondisi yang ekstrim seperti curah hujan yang besar, lahan miring, lebih-lebih lahan alang-alang tersebut sering ditebas dan terbakar maka lahan tersebut menjadi rawan bagi tata air. Dalam proses kehilangan air melalui evapotranspirasi, alang-alang menurut Coster (1937) termasuk penguap sedang untuk daerah dataran rendah khususnya Bogor (Jawa Barat), yaitu sebesar 1.750 mm per tahun.
Daftar pustaka
Anonim, 1995. Seri Pengembangan Sumber Daya Nabati Asia Tenggara: Pohon Kehidupan. Badan Pengelola Gedung Manggala Wanabhakti dan Prosea Indonesia, Bogor

Bowyer, J.L., R., Schmulsky, J.G. Haygreen. 2007. Forest Products and Wood Science : An Introduction. 5th Ed. Iowa State Press. USA.
Casey, J.P., 1980. Pulp and Paper, Chemistry and Chemical Technology. Vol I. Pulping and Bleaching. Second Edition. Intersciece Publiser. Inc New York
Coster, Ch. 1937. The Transpiration of Different Types of Vegetation on Java. Short Communication of the Forest Research Institute Indonesia. Balai Besar Penyelidikan Kehutan-an Bogor Indonesia p. 1-123.
D. P. Garrity, Soekadi M., Van N., M. D. la Cruz, Pathak P., Gunasena H., Van S., Huijun G. and Majid N., “The Imperata Grasslands of TropicalAsia: Area, Distribution, and Typology,” Agroforestry Systems 36 (1997) 3-29.
Friday, K.S., M.E. Drilling dan D.P. Garrity. 2000. Rehabilitasi Padang Alang-alang Menggunakan Agro-forestry dan Pemeliharaan Permu-daan Alam. ICRAF dan Universitas Brawijaya.
Jahan, M. S., R., Chowdhury, A., Islam, M.K. 2007. Pulping of Dhaincha (Sesbania aculeata). Celluse Chem. Technol 41. 413 – 421.
Junaidi, A.B. dan R. Yunus., 2009. Kajian Potensi Tumbuhan Gelam (Melaleuca Cajuput Powel) Untuk Bahan Baku Industri Pulp: Aspek Kandungan Kimia Kayu. Jurnal Hutan Tropis Indonesia. No 28 Hal 284-291.
Kartikasari, S.D. Nurhatika, S. Muhibudain, A. (2013). Potensi alang-alang (Imperata cylindrical (L.) Beauv) dalam produksi etanol menggunakan bakteri Zymomonas mobilis. Jurnal sains dan seni POMITS. 2 : 1-5
Mindawati, N., 2007. UKP Silvikultur Hutan Tanaman Kayu Pulp. Badan Litbang Kehutanan. Bogor
Prawirohatmodjo, S., 1977. Kimia Kayu. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pudjiharta, A. Widyati, E. Adelina, Y. Syafruddin. (2008). Kajian teknik rehabilitasi lahan alang-alang (Imperata cylindrical L. Beauv) (Technical analysis of Imperata cylindrical L. Beauv grassland rehabilitation). Info hutan. 3 : 219-230
Puspitasari, P. Linda, R. Makarlina. (2013). Pertumbuhan tanaman pakchoy (Brassica chinensis L.) dengan pemberian kompos alang-alang (Imperata cylindrical (L.) Beauv) pada tanah gambut. Jurnal protobiont. 2 (2) : 44-48.
Seriosta, A. Pengaruh cara pembukaan lahan alang-alang terhadap besarnya unsur hara yang terbawa oleh erosi tanah dan produksi tanaman dilahan kritis daerah tangkapan air (DTA) singkarak. Diakses tanggal 7/4/2014 : (13.53)
Shatalov, A.A. dan H. Pereira. 2006. Papermaking Fibers From Giant Reed (Arundo donax L) Advanced Ecologically Friendly Pulping and Bleaching Technologies. Bioresources Journal 1 (1) 2006. 45 – 61.
Siagian,R.M., dkk., 2003. Studi Peranan Fungi Pelapuk Putih dalam Proses Biodelignifiksi Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen). J. Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Vol. 1 No. 1 2003
Sudomo, A. Permadi, P. Rachman, E. (2007). Kajian control silvikultur hutan tanaman terhadap kualitas kayu pulp (A study of plantation forest silvicultur control on quality of wood for pulp). Balai besar penelitian bioteknologi dan pemuliaan tanaman hutan. 2 : 1-10
Sutiya, B, Istikowati, W.T. Rahmadi, A. Sunardi. (2012). Kandungan kimia dan sifat serat alang-alang (Imperata cylindrica) sebagai gambaran bahan baku pulp dan kertas. Bioscientlae. 1: 8-9
Sutopo,R.S., 2005. Karakteristik Industri Pulp, Makalah Pelatihan Industri Pulp, Balai Besar Pulp dan Kertas. Bandung.
Wibisono, I. Leonardo, H. Antaresti, Y. Aylianawati. (2011). Pembuatan pulp dari alang-alang. Widya teknik. 1 :11-20
Zulfikar, M. Kumalaningsih, S. Wijana, S. Teknologi produksi pulp dari serat daun nenas (Kajian variasi pelarut CaO, suhu dan waktu pemasakan). Diakses tanggal 28/3/2014 : (09.38)